ambiVert tanpa rencana, tapi penuh makna

Tanpa beban ekspektasi, Raisa ciptakan ambiVert, album kelima yang santai tapi menyentuh.

Raisa rilis album ambiVert tanpa rencana, tapi penuh makna. © Yulius Satria Wijaya/Antara
Raisa. © Yulius Satria Wijaya/Antara

Dari Jakarta, kota penuh suara,
Raisa kembali, tak diduga.
Tiga tahun hening, tanpa album baru,
Tiba-tiba datang, seperti mimpi yang syahdu.

Raisa rilis album ambiVert,
Tanpa rencana, tapi penuh makna.
Tak ada target, tak ada beban,
Tapi hasilnya? Bikin jiwa tertekan.

Sebelas lagu hadir di tengah waktu,
Ditulis di studio, kadang sambil tertawa pilu.
Dengan Lafa, Rendy, dan Rishanda bersatu,
Lagu-lagu galau pun jadi lucu.

“Kalau bukan aku, siapa yang mau?”
Tanya Raisa dalam nada sendu.
‘Si Paling Mahir’ jadi anthem yang lirih,
Untuk mereka yang kuat, walau hati perih.

Dirilis di tahun dua empat,
Lagu ini sukses besar, bukan sekadar lewat.
Lebih dari enam juta putaran di Spotify,
Jadi soundtrack para pejuang yang tak menangis, tapi nyanyi.

Liriknya penuh satire halus,
Sok kuat, tapi hatinya terus terbusuk.
Anak pertama, tulang punggung, ibu dan istri,
Semua merasa: “ini tentang diri ini.”

Tak seperti musisi yang penuh kalkulasi,
Raisa lebih memilih improvisasi.
Raisa rilis album ambiVert tanpa ekspektasi,
Dan justru lahir dari momen-momen absurd berisi.

“Pagi itu sarapan, eh jadi dua lagu,”
Kata Raisa, sembari tersenyum lugu.
“Si Paling Mahir” dan “Pengganti Aku” muncul tanpa rencana,
Dari obrolan ringan, bukan drama.

Bersama Lafa, awalnya penuh prasangka,
Yang satu diva, yang satu produser eksperimental luar biasa.
Tapi setelah kopi dan roti bakar,
Mereka pun klik, musik pun mengalir lancar.

Workshop bareng Gustiwiw jadi bab paling riang,
Isinya bukan teori, tapi tertawa sampai lungkang-lungkang.
Dari ketawa lahirlah dua lagu ceria,
“It’s Okay To Not Be Okay” dan “Cantik Tanpamu” begitu istimewa.

Mereka tak berdiskusi, hanya becanda,
Tapi musik justru tumbuh dari candaan yang ada.
Mendiang Gusti meninggalkan jejak yang kuat,
Dalam dua lagu yang membuat album ini tak terlalu kelat.

Di vila Sentul yang tenang dan sepi,
Raisa menjauh sejenak dari urusan domestik yang tak henti.
Di sinilah album kelima terbentuk,
Dari obrolan ringan hingga jujur yang menyentuh.

Raisa rilis album ambiVert lewat perenungan,
Bukan paksaan industri atau tekanan penggemar yang menuntut kemenangan.
Menulis 11 lagu, 10 dengan kawan sejati,
Ia merasa inilah ekspresi diri paling murni.

“Aku datang ke studio tanpa beban,”
Katanya, sambil membenarkan selendang.
“Biar musik muncul sendiri, bukan ditarik paksa,”
Dan hasilnya, luar biasa rasa.

Saat menulis lagu, Raisa menanggalkan titel,
Bukan diva stadion, tapi perempuan yang rapuh seperti petel.
Tak ingin terpaku pada pencapaian masa lalu,
Ia membuka diri, mengungkap luka yang semu.

Raisa tahu, suara bulatnya bukan sekadar alat,
Tapi senjata untuk menyentuh hati yang remuk remat.
Dan dari itulah lagu-lagu datang seperti gelombang,
Mengalun lembut, lalu menghantam dengan tenang.

Dalam ambiVert, Raisa tidak sendiri,
Ia berbagi panggung dengan dua penyanyi.
Rony Parulian hadir di “Tetap Bukan Kamu,”
Barsena muncul di lagu yang menyentuh kalbu.

Keduanya memberikan warna berbeda,
Seperti menambahkan perasa pada cerita.
Dan meski ini pertama mereka berduet,
Harmoni yang tercipta benar-benar kuat dan hangat.

Album ini bukan sekadar kisah cinta,
Tapi perjalanan perempuan yang mencoba bahagia.
Raisa rilis album ambiVert dengan semangat baru,
Menghadirkan satire dalam bentuk lagu-lagu sendu.

Bukan satire dengan gelak tawa kasar,
Tapi satire halus yang perlahan menyasar.
Dibalut harmoni dan lirik puitis,
Menyentuh mereka yang galau, dalam dan manis.

Mungkin Raisa belum menulis lagu terbaiknya,
Tapi ambiVert sudah jadi album yang sangat bermakna.
Karena dari tawa, sarapan, dan tangis yang tertahan,
Lahirlah karya yang tak perlu penerangan.

Ia tak menjual mimpi atau citra kosong,
Tapi menghadirkan kenyataan yang sering dipalsukan orang.
Bahwa semua orang pernah pura-pura kuat,
Dan kadang, luka itu justru terasa nikmat.

Jadi jika kamu merasa menjadi “Si Paling Mahir”,
Tak apa, Raisa pun merasakannya, dan kini berbagi lewat sihir.
Album ini bukan hanya musik, tapi pelipur,
Untuk hati-hati yang diam-diam butuh hibur.

Lainnya

Tentang

Novanka Laras
Laras di sini menulis seni dan budaya.

Posting Komentar