Bisakah bernegara tanpa polisi?

Ketika polisi dianggap fondasi negara, kita lupa bahwa hukum diciptakan bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dipercaya.
Bisakah bernegara tanpa polisi?
Bayangkan sebuah negara tanpa polisi. Ya, benar-benar tanpa polisi: tak ada seragam cokelat, tak ada tilang dadakan, dan tak ada patroli yang muncul tiba-tiba di kampung hanya untuk menanyakan, "Sedang apa malam-malam begini?" Bisakah bernegara tanpa polisi? Pertanyaan ini biasanya dijawab dengan reaksi setengah tertawa, setengah takut. Karena dalam imajinasi modern, negara tanpa polisi itu seperti konser rock tanpa gitaris: kacau, liar, dan penuh suara sumbang. Tapi, bukankah lebih kacau ketika negara dipenuhi polisi yang tak tahu kapan harus mengayomi dan kapan harus berhenti merepresi? Thomas Hobbes, dalam Leviathan , percaya bahwa manusia pada dasarnya jahat, dan negara dibentuk sebagai "makhluk buas" untuk menjaga agar semua orang tidak saling makan. Polisi adalah taring dari Leviathan itu—tajam, dingin, dan terkadang berair mata gas. Di dunia modern, negara tak lagi didefinisikan oleh warga negara, tetapi oleh jumlah aparat yang dimilikinya. Seolah-olah kredibili…

Tentang

Mengomentari politik, hukum, dan urusan luar negeri.

Posting Komentar