Negara gagal menyembuhkan luka korban pemerkosaan '98

Tragedi pemerkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa pada Mei 1998 terus diabaikan negara, 27 tahun berlalu masih nihil keadilan.
Negara gagal menyembuhkan luka korban pemerkosaan '98
Indonesia mungkin negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, tapi soal mengakui dosa masa lalu? Juara satu dalam kategori "amnesia selektif nasional." Sudah 27 tahun sejak tragedi pemerkosaan etnis Tionghoa pada 1998, tapi yang dilakukan negara cuma satu: membiarkan kasus ini jadi koleksi debu di rak sejarah. Perempuan-perempuan Tionghoa yang menjadi korban kekerasan seksual sistematis pada Mei 1998 terus menunggu keadilan yang tak kunjung datang, seolah-olah negara berkata, "Sudah, jangan dibahas lagi, nanti ganggu investasi." Pada 1998, Indonesia ambruk karena krisis ekonomi. Harga melambung, warga kelaparan, dan siapa yang disalahkan? Bukan sistem yang rusak, bukan kroni-kroni penguasa, tapi etnis Tionghoa. Mereka dijadikan kambing hitam, bukan karena fakta, tapi karena propaganda. Toko dibakar, rumah dijarah, manusia dibantai. Di antara korban, perempuan menjadi sasaran paling keji—diperkosa, disiksa, dan diperlakukan lebih buruk dari binatang. Tapi setelah itu, y…

Tentang

Menulis bisnis dan ekonomi, kadang mengomentari isu lingkungan.

Posting Komentar