Trump bom Iran dengan GBU-57 MOP

Trump bom Iran menunjukkan kembalinya AS ke siklus perang Timur Tengah yang penuh bahaya dan hipokrisi.

Trump bom Iran dengan GBU-57 MOP. © Saul Loeb/AFP/Getty Images
Trump di monitor. © Saul Loeb/AFP/Getty Images

Selamat datang di episode terbaru dari sinetron geopolitik dunia: “Trump Bom Iran, Dunia Terdiam.” Kalau Anda kira dunia sedang menuju damai setelah pandemi dan drama Ukraina, jangan terlalu bahagia. Presiden Donald Trump – sang bintang reality show politik global – telah resmi membom tiga fasilitas nuklir Iran. Tak tanggung-tanggung, dia pakai GBU-57 MOP alias “Penghancur Bunker.” Karena rupanya, cara Trump menyampaikan cinta diplomasi adalah dengan melempar bom seberat truk kontainer.

Dan ya, Trump bom Iran bukan cuma headline murahan dari clickbait situs abal-abal. Ini beneran. Fordow—fasilitas nuklir kebanggaan Iran yang dibangun dalam gua dan bisa menahan serangan zombie sekalipun—dihajar. Kata Pentagon, “hancur.” Kata Israel, “akhirnya.” Kata dunia, “oh sh*t.”

Sebelum serangan, Iran sedang nyeruput teh mint sambil meladeni diplomasi multilateral. Tapi diplomasi gaya Amerika Serikat itu beda. Di saat Iran buka pintu diplomasi, Trump malah buka palka pesawat pembom. Dalam satu malam, Trump bom Iran bukan hanya menjadi trending topic Twitter, tapi juga trending topic penguburan diplomasi.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Aragachim jelas tidak suka. “Ini deklarasi perang!” katanya. Wajar. Kalau rumah Anda dilempar bom, Anda juga pasti nggak bilang “terima kasih sudah mampir.” Iran sekarang berhak membalas. Dan bukan balas pakai surat cinta. Tapi pakai rudal, drone, dan mungkin mimpi buruk Amerika di Timur Tengah.

Sementara itu, Duta Besar Iran untuk PBB Ali Bagrein bicara seperti dialog film action: “Kami akan membalas setimpal.” Jadi, siap-siap saja untuk babak dua. Atau babak 200 dari drama panjang AS-Iran ini.

Lucunya, Trump selama ini menjual narasi “anti-perang.” Bahkan ketika Ukraina dibombardir Rusia, Trump nyuruh semua pihak duduk bareng dan main UNO. Tapi begitu dapat kesempatan melempar bom ke Iran, dia langsung berubah jadi tokoh utama Call of Duty. Trump bom Iran adalah bukti bahwa janji kampanye bisa berubah jadi bom sungguhan begitu suara sudah terkumpul.

Para analis seperti Karim Sadjadpour dari Carnegie Endowment pun geleng-geleng kepala. Sadjadpour bilang, alih-alih menyerah, Iran bisa saja makin semangat perang. Karena sejarah menunjukkan, satu-satunya hal yang bikin Iran berubah bukan bom, tapi harga minyak jatuh.

Bernie Sanders tak mau ketinggalan. Ia menyebut aksi Trump “tidak konstitusional.” Ya, mungkin ini déjà vu bagi Amerika Serikat. Dulu Richard Nixon disumpahin warga negaranya gara-gara Perang Vietnam. Sekarang, Trump bisa kena karma yang sama gara-gara Iran. Trump bom Iran bisa jadi tiket emas menuju pemakzulan.

Bahkan Alexandria Ocasio-Cortez sudah menggertak dengan kata-kata sakti: “Kami akan makzulkan dia.” Ini bukan ancaman TikTok, tapi skenario politik nyata. Kongres bisa menganggap Trump sudah kelewat batas. Soalnya, menurut Konstitusi AS, presiden nggak boleh main perang tanpa izin DPR.

Di balik layar, Benjamin Netanyahu pasti sedang pesta kecil. Bukan karena ulang tahun, tapi karena impian lamanya menghancurkan Fordow akhirnya kesampaian—tanpa harus menggerakkan pasukan Israel sendiri. Trump jadi tukang pukul gratis, sementara Israel cukup duduk dan menonton sambil makan popcorn.

Sialnya, seluruh dunia tahu bahwa hipokrisi sedang menari-nari di atas puing Fordow. Karena Israel sendiri punya nuklir, tapi tak pernah terbuka. Bahkan tidak ikut menandatangani NPT (Non-Proliferation Treaty). Sedangkan Iran—yang justru sudah menandatangani NPT—malah dituduh mau bikin bom. Israel dan Amerika Serikat menjadikan nuklir Iran sebagai kambing hitam.

Ini kayak polisi nilang pengendara motor yang pakai helm, sementara di sebelahnya ada pembalap liar tanpa rem tapi malah dikawal.

Yang paling menakutkan adalah Iran bukan negara yang gampang dikibuli. Mereka pernah perang delapan tahun melawan Irak. Sanksi internasional sudah jadi menu sarapan mereka sejak 1984. Jadi kalau mereka memutuskan menutup Selat Hormuz, dunia bakal kena stroke ekonomi massal. Karena 30% minyak dunia lewat situ. Bayangkan kalau tiba-tiba semua mobil di dunia nganggur karena bensin jadi harga berlian.

Rudal Iran juga bisa melewati langit Irak, Suriah, dan Lebanon. Dan kalau mereka nekat menargetkan pangkalan-pangkalan militer AS di Arab Saudi, Bahrain, Qatar, dan UEA, itu artinya perang akan meluas ke segala arah. Dari Teluk ke Mediterania, dari Yaman sampai Istanbul. Dunia bisa masuk season baru dari perang yang tidak pernah tamat.

Tindakan Trump ini seperti main Monopoli tapi pakai tank sungguhan. Semua orang tahu bahwa solusi diplomatik itu menipis sekarang. Dunia sedang berada di titik kritis, dan Trump baru saja mendorongnya lebih dekat ke jurang.

Dunia tahu, kalau standar ganda terus jadi panduan, kepercayaan pada tatanan global akan menguap seperti embun di Sahara. Trump bom Iran bukan cuma tindakan militer, tapi deklarasi bahwa kekacauan adalah strategi politik.

Dan ketika Selat Hormuz tertutup, ketika pasukan dikirim ke gurun, ketika harga minyak meroket seperti meme saham GameStop, saat itulah kita akan sadar: yang bikin semua ini bukan teroris, bukan jihadis, bukan alien. Tapi pria berjas yang dulunya bintang reality show.

Kita semua sedang duduk di bioskop tanpa tahu filmnya akan berakhir bahagia atau jadi horor politik berdarah-darah. Satu yang pasti: Trump bom Iran adalah keputusan gila yang bisa jadi titik balik sejarah dunia.

Dan seperti biasa, warga negara biasa akan jadi korban pertama. Sementara para elite? Mereka sibuk bikin pernyataan pers dan memilih dasi terbaik untuk konferensi selanjutnya. Dunia tidak butuh lebih banyak bom. Dunia butuh kejujuran. Dan mungkin, butuh lebih sedikit presiden yang main geopolitik kayak main TikTok prank.

Tapi ya, selama masih ada kamera dan mikrofon, pemimpin dunia akan terus bicara damai… sambil menyimpan bom di balik punggung.

Lainnya

Tentang

Rochem
Mengomentari politik, hukum, dan urusan luar negeri.

Posting Komentar