Teater arsip di Surabaya menyajikan perjalanan rohani Bung Karno, lengkap dengan lilin, zikir, dan sedikit bumbu ketuhanan.
Pementasan Imam Al-Bukhari dan Soekarno
Di saat generasi muda mencari makna hidup lewat scroll TikTok dan Spotify Wrapped, sekelompok seniman justru menemukan ilham di antara jubah putih dan lilin menyala. Balai Budaya Surabaya, Jumat malam (27 Juni 2025), berubah menjadi ruang transendental di mana sejarah, spiritualitas, dan nasionalisme disatukan dalam pertunjukan Pementasan Imam Al-Bukhari dan Soekarno . Penonton yang datang berharap menonton drama sejarah, namun justru dihadiahi zikir dan sorban putih sejak detik pertama. Tiga aktor berjubah dan berjenggot membuka pertunjukan dengan membawa lilin—simbol penerangan, atau setidaknya, simbol bahwa listrik teater masih dibayar. Musik Timur Tengah mengalun, seolah mengantar penonton langsung ke Samarkand, padahal mereka masih duduk manis di kursi Surabaya. Pementasan Imam Al-Bukhari dan Soekarno ini memang bukan pertunjukan biasa. Dalam narasi panggung ini, Presiden Pertama Republik Indonesia tidak hanya digambarkan sebagai proklamator, tetapi juga sebagai penziarah spiritual ,…